Kerajaan Majapahit, yang didirikan pada akhir abad ke-13 dan mencapai puncak kejayaannya di abad ke-14, adalah salah satu kerajaan terbesar di Nusantara dengan wilayah kekuasaan yang mencakup hampir seluruh Indonesia modern dan sebagian Asia Tenggara. Namun, pada abad ke-15, kerajaan ini mengalami kemunduran yang akhirnya berujung pada keruntuhan. Faktor-faktor yang menyebabkan runtuhnya Majapahit melibatkan berbagai aspek, mulai dari konflik internal, perubahan sosial, hingga pengaruh eksternal.
### 1. **Konflik Internal dan Perang Saudara**
Setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit mulai mengalami konflik internal yang serius. Hayam Wuruk adalah seorang raja yang mampu menjaga stabilitas kerajaan dengan bantuan Mahapatih Gajah Mada. Namun, setelah kedua tokoh ini meninggal, tidak ada pemimpin yang cukup kuat untuk menggantikan mereka dan menjaga persatuan Majapahit.
Salah satu konflik terbesar yang terjadi adalah **Perang Paregreg** (1404-1406), yaitu perang saudara yang melibatkan Wikramawardhana, suami putri Hayam Wuruk, dan Bhre Wirabhumi, anak Hayam Wuruk dari selir. Perang ini merusak stabilitas Majapahit dan melemahkan kekuatannya. Meskipun Wikramawardhana berhasil memenangkan perang tersebut, namun konflik yang berkepanjangan ini menimbulkan dampak yang sangat besar bagi kemunduran Majapahit.
### 2. **Kemunduran Ekonomi dan Pusat Perdagangan Baru**
Pada masa kejayaannya, Majapahit menguasai jalur perdagangan yang penting di Asia Tenggara. Namun, pada abad ke-15, muncul pusat perdagangan baru, yaitu **Kesultanan Malaka** di Semenanjung Malaya, yang mengambil alih sebagian besar perdagangan di kawasan tersebut. Malaka didirikan oleh Parameswara, seorang pangeran dari Sumatra yang melarikan diri dari Majapahit, dan kemudian menjadi kerajaan yang makmur dengan dukungan dari Tiongkok.
Kesultanan Malaka juga berhasil menarik pedagang dari Arab, India, dan Tiongkok karena posisinya yang strategis. Dengan semakin berkembangnya Malaka sebagai pusat perdagangan baru, Majapahit kehilangan posisi dominannya dan mengalami kemunduran ekonomi. Perubahan ini sangat memengaruhi stabilitas Majapahit, karena perdagangan adalah salah satu sumber utama pendapatan kerajaan.
### 3. **Pengaruh Islam dan Munculnya Kesultanan Demak**
Pada abad ke-15, Islam mulai menyebar dengan cepat di Nusantara, khususnya di pesisir utara Jawa. Penyebaran agama Islam membawa perubahan sosial dan budaya yang signifikan di wilayah-wilayah taklukan Majapahit. Beberapa wilayah, seperti Demak, Tuban, dan Gresik, mulai berdiri sebagai kesultanan Islam yang otonom dan semakin memperlemah kekuasaan Majapahit.
**Kesultanan Demak**, yang didirikan oleh Raden Patah, menjadi ancaman langsung bagi Majapahit. Raden Patah adalah keturunan Majapahit yang berpindah agama ke Islam dan membentuk kesultanan sendiri di Demak. Pada awal abad ke-16, Kesultanan Demak mulai menaklukkan wilayah-wilayah yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Majapahit, termasuk akhirnya wilayah pusat Majapahit di Trowulan. Demak menjadi salah satu penerus kekuasaan di Jawa setelah Majapahit.
### 4. **Pemberontakan di Wilayah Taklukan**
Majapahit adalah kerajaan yang berusaha menyatukan wilayah Nusantara di bawah kekuasaannya, tetapi kesulitan mempertahankan kekuasaan di wilayah-wilayah yang jauh dari pusat kerajaan. Seiring berjalannya waktu, banyak wilayah yang memberontak, baik karena jarak yang jauh maupun ketidakpuasan terhadap kekuasaan pusat.
Beberapa wilayah yang dulunya tunduk pada Majapahit, seperti Bali, Blambangan, dan Sunda, mulai memerdekakan diri atau menguatkan kedudukannya masing-masing. Lemahnya kekuasaan pusat Majapahit menyebabkan kerajaan ini semakin terpecah dan kehilangan wilayah kekuasaannya satu per satu.
### 5. **Faktor Alam dan Infrastruktur**
Ada juga faktor lingkungan yang turut memengaruhi keruntuhan Majapahit. Menurut beberapa catatan sejarah dan arkeologi, wilayah Majapahit di sekitar Trowulan diduga terkena dampak dari bencana alam, seperti banjir atau letusan gunung berapi. Infrastruktur kota yang mulai hancur, beserta pengaruh bencana alam, mempercepat kemunduran kota pusat Majapahit.
### Runtuhnya Majapahit dan Warisan Sejarahnya
Runtuhnya Majapahit diperkirakan terjadi sekitar tahun 1527, ketika Kesultanan Demak, di bawah pimpinan Sultan Trenggana, berhasil menguasai wilayah Majapahit terakhir. Meskipun Majapahit runtuh, pengaruh budaya dan konsep persatuan Nusantara yang dibawa oleh Majapahit terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya. Semangat persatuan wilayah kepulauan yang dicetuskan oleh Gajah Mada dalam Sumpah Palapa menjadi simbol penting dalam sejarah Indonesia, dan Kerajaan Majapahit dikenang sebagai inspirasi bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hingga kini, Majapahit tetap dianggap sebagai salah satu simbol kejayaan Nusantara, dan peninggalannya seperti candi-candi, arca, dan prasasti masih menjadi bukti kejayaan dan kekuatan kerajaan ini.